Sabtu, 03 Oktober 2015
Sabtu, 03 Januari 2015
IBU DAN 2 MATA UNTUKMU (cerpen)
0
20.31
Cerpen
Ibu Dan 2 Mata Untukmu
Seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan bertanya kepada dokter,
“Bisa saya melihat bayi saya ?”
“Bisa saya melihat bayi saya ?”
Ketika
gendongan seorang ibu berpindah dari tangan seorang dokter kepada ibu dan berlahan ibu melihat buah hatinya yang
munggil. Ibu menghela nafasnya sejenak ketika mengetahui buah hatinya memiliki
kekurangan pada pengelihatannya.
JJJ
Lambat
laun pengelihatan bayi yang kini telah tumbuh menjadi
seorang anak itu mulai bekerja dengan sempurna. Dia perlahan mampu melihat indahnya
dunia namun dia tumbuh menjadi anak yang sedikit berbeda dengan kawan –
kawannya. Suatu ketika anak perempuan
itu bergegas pulang dengan wajah yang masam dan menangis dipangkuan
ibunya. Sang ibu tahu bahwa anaknya mengalami berbagai peristiwa dan tragedi.
Anak
kecil itu berkata kepada mamanya dengan terisak – isak
“Ma... Ada seseorang yang melihatku
dan ia merasa ketakutan, apakah aku sosok yang aneh bahkan atau aku sangat
menakutkan?”
JJJ
Lambat
laun anak kecil itu berubah menjadi gadis yang cantik dan pandai. Ia juga
menggembangkan bakatnya menjadi fotografer dan penulis. Suatu ketika
disekolahnya diadakan sebuah lomba pemilihan untuk lomba Abang dan None
diDaerahnya, dan gadis ini ingin mengikutinya. Karna ia juga ingin mengetest
sampai dimana wawasan pengetahuannya.
Ibunya
mengingatkan,
“Bukankah tanpa kamu mengikuti ajang
itu kau bisa mengukur kemampuanmu dari kau mendapat peringkat setiap tahunnya?”
Ibu
hanya tidak ingin anaknya menjadi kecewa dan sedih nantinya larna hanya akan
jadi bahan tertawaan walaupun ibu sangat ingin melihat anaknya menjadi seorang
yang membanggakan. Namun ibu harus
mengurungkan keinginannya dahulu karena kesedihan anaknya akan membuat dirinya
terluka. Suatu ketika Ayahnya bertemu dengan seorang dokter yang bisa
mencagkokkan mata untuk putrinya.
Dokter tersebut
berkata,
“Saya bisa mencangkokkan mata anak
bapak asalkan ada pendonor.”
Dengan keinginan yang sangat teguh untuk melihat putrinya sama dengan yang
lainnya, ia mulai mencari seorang pendonor untuk putri tunggalnya. Beberapa
bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil putrinya.
Sang ayah berkata,
“Nak, ada seseorang
yang tak dikenal telah bersedia mendonorkan matanya padamu. Ayah akan segera
membawamu kerummah sakit untuk pencangkokkan mata. Namun, ini sangatlah
rahasia.”
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang gadis baru pun lahirlah. Bakat fotografernya yang
hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Dengan kejeniusan yang dimiliki ia
menjadi sangat dikenal disekolahnya, dan beberapa kali mendapat piagam
penghargaan atas karya – karyanya.
JJJ
Beberapa bulan kemudian gadis ini bertanya kepada ayahnya, dimana
keberadaan ibunya karena ibunya hanya menitip pesan pada gadis ini hanya pergi
menjaga neneknya yang sakit didesa. Dan dia juga bertanya kepada ayahnya siapa
yang mendonorkan mata untuknya karena ia tidak bisa tenang menggunakan mata
seseorang dengan sesuka hati tanpa mengucap terimakasih.
“Ayah dimana ibu? Apakah
nenek masih belum sembuh”
“Sebentar lagi ibu akan
pulang.”
“Ayah sudah berkata ini
berulang – ulang padaku, dimana ibu ayah?”
Lagi - lagi ayah membalas
pertanyaanku dengan senyuman. Gadis munggil ini bertanya kembali kepada
ayahnya,
“Yah, aku harus mengetahui
siapa yang telah bersedia mengorbankan mata ini untukku. Orang itu telah berbuat
sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.”
Ayah menjawabnya,
” Ayah yakin kamu
takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan mata ini.”
Setelah terdiam sesaat
ayahnya melanjutkan,
“Sesuai dengan perjanjian,
ini mungkin adalah saat yang tepat untuk kamu mengetahuinya.”
“Apa yang sebenarnya yang
terjadi yah?”
“Sebenarnya ibumu tidak
menemani nenek didesa. Memang awalnya ibu pergi kedesa untuk mencarikan pendonor
untukmu. Namun, bus yang ditumpangi ibu, sopir busnya mengantuk dan menabrak
pohon besar. Dan ibu mengalami kritis, dan disaat masa kritisnya ibu sempat
sadar dan mengatakan pahwa ibu ingin mendonorkan matanya untukmu, dan
menuliskan surat ini untukmu.”
Dear gadis
munggilku yang cantik,
Ibu sangat senang nak saat kau
tumbuh menjadi anak yang pandai, dan kejeniusanmu dalam mengambil gambar. Ibu sangat ingin kau menjadi seorang
fotografer yang genius, fotografer yang hebat. Kamu anak yang kuat nak, kamu
mampu bertahan dari hinaan seseorang padamu selama ini. Mungkin ini saatnya ibu
harus berkorban untukmu dan ini adalah jalan Allah untuk menolong putri ibu.
Jangan bersedih nak, ibu bahagia jika melihat tawamu. Jangan bersedih, jika ada
seseorang yang menghinamu kau tak perlu menghinanya. Kamu cukup memantaskan
diri bagaimana kamu bisa mencapai keberhasilan yang dikatakan orang lain
sebagai tidak mungkin. Ibu bangga padamu nak...
Gadis munggil ini hanya mampu tertunduk dan menahan tangisnya.
“Aku akan membanggakanmu
Ibu...”
(Fatin
Furoida/A6)
10 NOVEMBER, BUKAN CERITA USANG
0
20.14
10 November, Bukan Cerita
Usang
"Dan jika kita renungkan sejenak,
Para Pahlawan kita sangat sederhana. Mereka tidak berharap peringatan dengan
perayaan yang mewah, mereka hanya berharap do’a-do’a kita tetap selalu tertuju
pada mereka di surga dan do’a-do’a agar kita segenap pemilik tanah air dapat
bersatu meraih cita-cita bangsa." -seseorang-
|
10 November, dibalik tanggal itu bagi
sekawanan orang yang mengerti arti pahit dan manisnya pengorbanan untuk
kebahagiaan semua orang, merupakan sesuatu yang penting bahkan
teramat-penting-sekali agar seutas cerita dibalik tanggal itu tidak menjadi
sekedar cerita usang termakan zaman. Ya, tidak dipungkiri lagi. Perkembangan
zaman yang makin merombak dan merubah pola pikir masyarakat Indonesia
sendiri-lah, yang membuat cahaya pada tanggal “10 November” di kalender mereka
makin meredup. “10 November? Iya, Hari Pahlawan.”, hanya dengan kalimat itu,
mereka menganggap peringatan Hari Pahlawan sudah mereka rayakan. Hanya dengan
itu mereka menganggap apresiasi tertinggi terhadap Pahlawan bangsa sudah mereka
lakukan.
Tentu kita tidak asing dengan pepatah yang digumamkan oleh
salah pahlawan kita yang benar-benar menjadi tokoh besar dalam upaya
kemerdekaan Indonesia yakni Ir. Soekarno, “bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai pahlawannya”, berarti apakah ini alasannya mengapa kita
bangsa Indonesia tidak lekas menjadi bangsa yang besar dan maju? Apa karena
masih banyak dari kita yang tidak menghargai Pahlawan Bangsa? Apa masih banyak
dari kita yang belum tahu diri bahwa yang mereka injak ini hasil keringat dan
cucuran darah siapa?. Jawaban dari pertanyaan itu semua adalah mungkin. Mengapa
demikian? Karena bisa jadi, itu adalah kunci sukses bagaimana suatu bangsa agar
menjadi besar, kuat, dan sejahtera. Bisa disebut juga kalimat itu merupakan amanah
dari para pahlawan kita, agar kita tahu diri dan menghargainya dengan
penghargaan tertinggi berupa melanjutkan perjuangan mereka untuk membangun karakter
bangsa supaya dapat sebanding sejajar dengan bangsa-bangsa besar lainnya.
Membangun karakter bangsa dengan presentase sekecil apapun
semangat kepahlawanan yang kita punya. Walau sedikit, percayalah jika membahu melakukannya
bersama-sama akan menjadi bukit. Menjadikan momen penting “10 November” ini
bukan lagi cerita usang yang hanya selalu dibahas ribuan kali di sekolah, tanpa
mengerti sedikit-pun makna tersirat didalamnya dan tidak melakukan apa-apa.
Sekarang saatnya, khususnya kita generasi muda bangsa harus melakukan sesuatu
untuk bangsa kita. Menjamin masa depan yang baik dan meraih cita-cita bangsa.
Mengedapankan nilai-nilai kesetiakawanan sosial yang tinggi serta kita rapatkan
barisan membangun negeri untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat sehingga bangsa
Indonesia dapat menjadi bangsa bermartabat, serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dapat terus terjaga. (N. Hariani/S 4)
Selasa, 07 Januari 2014
Surat Dari Annisa
0
00.02
Cerpen
‘Jika aku
memang, tercipta untukmu… ku’kan memilikimu’
Aku menatapnya
sendu. Dia nampak
kelelahan setelah bermain
futsal hampir sejam.
Aku berniat memberinya
minuman namun niat
itu harus kuurungkan
saat mengingat statusku
yang hanya teman
masa lalunya.
Surat
Dari Annisa
Akupun beranjak
dari bangku kantin
dan beranjak menuju
kelasku yang berada
disamping kelasnya. Dengan
buku Matematika yang
sedaritadi kubawa, aku
melangkah menjauh dari
kantin yang berada
didepan lapangan futsal
SMA Unggulan Pertiwi.
Aku menatap
ke arah Andra,
teman masa laluku
yang sangat kukagumi.
Entah mengapa aku
bisa jatuh hati pada
orang yang samasekali
tak pernah mempedulikanku. Padahal
ada David, ketua
basket yang banyak
disegani oleh kaum
hawa SMA Unggulan Pertiwi
yang amat perhatian
padaku.
*
Langganan:
Postingan (Atom)